Senin, 06 April 2015

Makna Paskah

Tahun 2015 ini bukan tahun yang subur bagi pertumbuhan iman saya.
Pertumbuhan yang kerdil. Saat teduh yang sangat amat minim. Tapi Ia adalah Allah yang setia dan adil (1 Yoh 1:9), sekalipun saya tidak setia (dan pasti tidak adil). Janjinya tidak pernah berubah. 

Saat Paskah datang dan yang bisa aku lakukan hanya bekerja di kantor.

Teringat ketika masih kuliah, momen Paskah merupakan momen paling tepat, paling pas untuk menantang jiwa-jiwa baru untuk mengenal Kristus. Sangat berbeda dengan Natal, momen yang bahagia saat Sang Juru Selamat lahir di dunia. Momen Paskah sebenarnya yang menjadi inti seorang Kristen.

Yesus mati di kayu salib. Penyakit dan dosa kita saya yang ditanggung, karena kita saya Dia harus dihina, diludahi dan dipaku tangannya. Saat itu Dia adalah manusia. Kuingatkan kembali di jiwaku, Yesus pernah manusia! Dia pernah haus, lapar, marah, hanya saja Dia tidak pernah berdosa. Ketika pada hari ke-3 Dia bangkit, karya penebusan-Nya menjadi sempurna. Dia menang atas maut. Dituliskan di Alkitab, jika Dia tidak bangkit maka para rasul adalah berbohong.


1 Kor 15:14 Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. 15:15 Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus-padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.


Ketika saya baca renunganharian.net mengenai mukjizat utama,

1 Kor 15:19 Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.

Saya bertanya-tanya, apa arti ayat ini? awalnya pengertian yang saya dapat adalah bahwa kita seharusnya berharap pada Kristus bukan hanya saat kita hidup, tapi saat kita mati juga. Hah? membingungkan..hahha

Kemudian ketika saya baca ulasannya, maka pengertian yang saya dapat menjadi: taruhlah harapanmu akan Kristus untuk kehidupanmu yang kekal, bukan melulu untuk hidup di dunia ini. Begitu kira-kira.




Di hari berikutnya, renungan membahas mengenai Belajar Memahami Hidup. Tony Snow, 2008 berkata: Menurutku, ada hal yang jauh lebih parah dari sakit, yaitu hidup sehat, tetapi hampa.

Jleb Jleb! nusuk banget di hati ini...


So, belajar menikmati indahnya setiap berkat, bahkan dari berkat kecil seperti: bangun sehat di pagi hari, masih bisa hirup udara segar, masih bisa makan, dan seterus dan seterusnya.. Belajar dan terus belajar mejadi berkat. Dan semua harus kembali untuk kemuliaan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar