Sabtu, 03 Oktober 2015

Antara Perasaan dan Komitmen

Healing time.

Hari ini belajar tentang Seruan untuk Bertobat (Yoel 2:12-17) dari Renungan Harian.

12) "Tetapi sekarng juga", demikian firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."
13) Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya

sudah berapa kali peringatan itu kuabaikan? aku sudah lupa. Ketika semakin hari kualitas iman semakin menurun, yang kita butuhkan hanya: diam tenang dan mendengarkan Firman-Nya. Ini semacam obat bagiku.

Ibrani 4:7b "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu".

Dua hal yang sering kali samar-samar keberadaannya. Antara perasaan dan komitmen.
Seperti ketika menjalani hubungan dengan manusia, kita membutuhkan keduanya, tidak boleh dipisahkan. Ketika ada perasaan, maka akan semakin indah, tapi yang akan membuat itu bertahan lama adalah komitmen.
Demikian juga dengan menyembah Tuhan, kita perlu komitmen dengan Tuhan melalui Firman-Nya.
Seperti dituliskan di ayat 12 dalam Yoel 2, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh. Dari jaman dulu mengapa saya bisa jatuh cinta pada Yesus ya karena perasaan yang saya punya, kekaguman terhadap pribadi-Nya yang sempurna. Berawal dari perasaan dan menjaganya dengan komitmen. Menangis sering kurasakan ketika berdoa, atau ketika sedang meratap. Itu semua bentuk perasaan. Tapi kalau tidak ada komitmen, hanguslah suatu hubungan yang dipimpin oleh perasaan, apalagi perasaan manusia.

Komitmen itu tidak gampang, perlu waktu yang panjang untuk membuktikannya. Perlu hati yang kuat dan keras untuk mempertahankannya. Perlu pimpinan Roh Kudus untuk menjaganya.

Kamis, 24 September 2015

Roh Penghibur

Saya pribadi mengartikan roh penghibur sebagai roh kudus. Roh yang ada pada setiap orang pecaya pada Kristus. Roh penghibur ini, kalau dimisalkan dalam rumah tangga, saya suka membayangkan seperti seorang Ibu. Sosok penolong ketika Bapak sedang tidak di rumah ataupun sibuk (tapi Allah Bapa kan gak pernah bilang alasan sibuk kan ya buat anak-anak-Nya, hehhehe..).

Edisi hari ini dikasih janji Firman Tuhan dari Mazmur 34:18 (TB) (34-19) TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.
Sekian lama, rasanya semakin haus..kering kerontang di jiwa tidak akan selesai dengan air minum duniawi. Gurun pasir rasanya semakin menyiksaku, membayangiku sampai kepada titik: aku menyerah dan aku pasrah Tuhan. (Mungkin) aku salah langkah.

Apalah artinya patah hati kalau Tuhan sendiri yang akan pedekate. Iya, pedekate, pendekatan. Baik yah Tuhan Yesus..
Tuhan itu yang paling tau dan paling ngertiin banget anak-anak-Nya, tapi ya anak-anak ini yang suka gak nurut, gak percaya dan suka sok dewasa sehingga demen jalan jauh-jauh dari Tuhannya.

Trus lagu ini berputat terus di kepalaku...

Banyak perkara
yang tak dapat ku mengerti
Mengapa kah ini terjadi,
di dalam kehidupan ini

Satu perkara
yang kusimpan dalam hati
Tiada sesuatu kan terjadi
tanpa Allah perduli

Allah mengerti, Allah perduli
segala persoalan yang kita hadapi
tak akan pernah ditinggalkan-Nya
ku bergumil sendiri
S'bab Allah mengerti

Kalau ada Yesus dalam wujud yang bisa dipeluk, kayaknya pengen peluk sekencang dan selama mungkin, trus hati ini tenang deh. Kayak dulu waktu sakit, apalagi pas demam, si Emak suka peluk. Trus badan Si emak yg dingin rasanya membawa kesejukan dan ketenangan. Tetiba sadar bahwa udah di umur dewasa ternyata semua berbeda. Harus lihat dan alami sendiri dunia ini.

Janji Allah yang selalu kupegang dalam hidupku, dari jaman susahnya menempuh pendidikan S1:
Yesaya 41:10 (TB) janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

Jumat, 11 September 2015

Renovasi

Pernahkan kita merenovasi rumah? Bandingkanlah dengan membangun rumah baru.
Kebanyakan akan setuju bahwa lebih susah (materi dan usaha) untuk merenovasi daripada membangun rumah baru.

Kemudian hal ini kurasakan sama dengan apa yang telah kuterima dari Yesus, Juru S'lamat yang hidup di dalam hidupku. Karunia Keselamatan melalui kematian-Nya di kayu salib diberikan secara cuma-cuma, seperti bonus. Tapi bonus ketika aku sendiri menerima Dia sebagai Tuhanku dan bersedia untuk dipimpin oleh kebenaran Firman-Nya.

Tapi apa yang akan terjadi jika bangunan yang telah dibangun dengan pondasi kuat dan tertanam, tiba-tiba dindingnya banyak retakan, lumut di segala tempat, pintu rusak, tiang peyangga patah, atap bocor, bahkan listrik mati!. Wow, bisa bayangkan?

Ketika itu terjadi, yang dibutuhkan bangunan itu adalah renovasi. Bisa saja sekedar menambal, menyanggah, dan menggunakan penerangan lilin. Tapi, apa masalahnya selesai. Sekali-kali tidak. Apa yang saya butuhkan adalah renovasi, dan itu membutuhkan usaha lebih dibandingkan pertama kali sepetak tanah dibangun rumah di atasnya. Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.(Galatia 2:20) 

Renovasi ini sangat sulit saya rasakan, lebih dari masa-masa gurun pasir yang pernah kualami. Bukan jalan di tempat, bahkan kali ini seperti lumpuh dan tidak berjalan sama sekali. Saya membutuhkan Roh Kudus, itu jelas. Komitmen, itu harus.

Renungan harian ini membawa saya kepada pengingat bahwa saya telah menyimpang, dan harus kembali. Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia! (Galatia 3:3-4)

Hangus di dalam dosa kedagingan adalah hal yang sangat mengerikan. Rasa syukurku kembali melimpah mengingat yang sudah Tuhan kerjakan dalam hidupku, mengingat mengapa Tuhan mengirim aku untuk kuliah di Bandung, bukan untuk bangga sebagai lulusan Institut Tebaik Bangsa, tapi untuk mengenal Yesus yang mengubahkanku. Aku jatuh cinta pada Yesus.

Jadi ingat kembali ketika mahasiswa diingatkan DUA PERKARA besar dalam hidup ini adalah: lahir baru dan teman hidup. Dan sekarang sedang bergumul untuk hal kedua. Karena dua hal ini akan menentukan hidupku selanjutnya. Yang kutahu, kalau aku salah memilih teman hidup, maka sia-sia pula lahir baru itu.

Komunitas yang membangun ternyata sangat besar dampaknya. Tapi ini tidak bisa menjadi alasan untuk saya mengabaikan hidup dalam Kristus, karena Firman-Nya tajam, bagai pedang bermata dua yang mneusuk dan sanggup memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum, bahkan sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibrani 4:12). Firman itu lengkap untuk membimbing hidup manusia, bisa membedakan mana yang baik dan buruk, apa itu hitam apa itu putih.

Kalau aku terjatuh, Engkau mengangkatku. Kalau aku sakit, Engkau melawatku. Kalau aku sedih, Engkau menghiburku. Kalau aku kesepian, Engkau menemaniku. Kalau aku lemah, Engkau menopang bahkan menguatkanku. Aku tidak pernah kelaparan. Aku tidak pernah kedinginan. Bahkan, Engkau setia sekalipun aku tidak setia. Tuhan mana lagi yang seperti-Mu? Sungguh Engkau tiada duanya. Idola yang sempurna. Kekasih hati yang sejati. Teladan yang super. Engkau segala-galanya bagi hidupku.

Selasa, 07 April 2015

Berjiwa Besar

Kata pepatah, pengalaman ada guru yang bagus.
Itu artinya kita harus mengindahkan pengalaman yang ada. Bisa jadi pengalaman yang kita alami sendiri maupun pengalaman orang lain.

Topik renunganharian.net hari ini adalah tentang menerima kekalahan (1 Samuel 18:6-9). Nah kekalahan ini adalah pengalaman yang baik untuk kita bisa mengerti dan menghargai artinya kemenangan. Dan akan jauh lebih baik kalau kita bisa menyikapi kekalahan dan kemenangan dengan rendah hati.

Kalau kalah, kemungkinan rendah hati akan lebih besar dari kemenangan. Siapa sih yang gak bangga kalau menang dalam suatu arena pertandingan. Tapi ternyata menjadi rendah hati pada saat kalah juga susah lho, kayak yang dialami Raja Saul. Ia menjadi iri dan gak terima karena Daud dielu-elukan alias disanjung sana-sini oleh rakyat.

Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud (1 Samuel 18:6-9)

Dengki. Ini yang paling kutakuti di dalam hidup ini. Dengki, dendam, benci, dan kawan-kawannya. Dan satu hal yang lagi, orang yang senengnya dendam, dengki, benci, dll.
Hehehee,,yah memang yang salah sih rasa dendamnya yah, bukan orangnya. Tapi entah mengapa kalau seseorang bilang ke saya seperti ini: "Saya benci sekali dengan si A karena dia pernah bilang begini pada saya", "Saya dendam lihat Pak C soalnya dia pernah korupsi bla bla bla, tidak akan saya maafkan seumur hidup saya".
Jiaaahhhh...pengen kaburrr.. gak pengen dekat-dekat..
Kenapa?? karena di benak saya terbentuk hal ini: "jangan-jangan ntar kalau saya salah di matanya, gak bakal dimaafkan dan dibawa mati." Kan gak pengen banget jadi kebencian bagi orang lain. =_=

Memang, hal yang manusiawi kalau kita pernah benci orang lain. Saya pernah juga merasakannya, bertahun-tahun malah. Tapi, semuanya pada akhrnya saya lepas ketika saya sudah kenal Kristus. Garis bawahi, setelah Karena ternyata melepaskan maaf itu sangat sulit. Membutuhkan jiwa yang besar dan tentunya penyerahan diri "surrender" untuk dipimpin Allah. Bahkan ketika saya sudah menerima Kristus saya masih menyimpan sakit hati itu. Tapi Tuhan gak tinggal diam, Dia terus dan terus mengingatkan saya untuk memaafkan, dan sampai pada akhirnya saya bisa menyapa kembali orang tersebut.

There is will, there is way.

Kalau memang kita tahu bahwa membenci, mendengki, mendendam adalah salah, maka yang lebih salah adalah ketika membiarkan "mereka" tinggal di dalam kita. Kita harus berusaha, berusaha dan terus berusaha membuka pintu maaf. Minta pimpinan Roh Kudus untuk membimbing kita melepaskan maaf bagi saudara kita, bahkan maaf bagi diri kita sendiri.

Dan saya teringat satu ayat ini: 1 Kor 13:13
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah KASIH.

Tuhhh, kuncinya adalah KASIH. Ini kata-kata paling ajaib di dalam hidupku. Hanya karena Kasih, Yesus mati di kayu salib. Itu namanya Kasih Karunia. Hanya karena kasih, seorang ibu mau mengandung 9 bulan dan orang tua mau mengasuh anaknya hingga besar. Hanya dengan kasih maka maaf itu nyata.

Semangat memaafkan, semangat megasihi! :)

Senin, 06 April 2015

Makna Paskah

Tahun 2015 ini bukan tahun yang subur bagi pertumbuhan iman saya.
Pertumbuhan yang kerdil. Saat teduh yang sangat amat minim. Tapi Ia adalah Allah yang setia dan adil (1 Yoh 1:9), sekalipun saya tidak setia (dan pasti tidak adil). Janjinya tidak pernah berubah. 

Saat Paskah datang dan yang bisa aku lakukan hanya bekerja di kantor.

Teringat ketika masih kuliah, momen Paskah merupakan momen paling tepat, paling pas untuk menantang jiwa-jiwa baru untuk mengenal Kristus. Sangat berbeda dengan Natal, momen yang bahagia saat Sang Juru Selamat lahir di dunia. Momen Paskah sebenarnya yang menjadi inti seorang Kristen.

Yesus mati di kayu salib. Penyakit dan dosa kita saya yang ditanggung, karena kita saya Dia harus dihina, diludahi dan dipaku tangannya. Saat itu Dia adalah manusia. Kuingatkan kembali di jiwaku, Yesus pernah manusia! Dia pernah haus, lapar, marah, hanya saja Dia tidak pernah berdosa. Ketika pada hari ke-3 Dia bangkit, karya penebusan-Nya menjadi sempurna. Dia menang atas maut. Dituliskan di Alkitab, jika Dia tidak bangkit maka para rasul adalah berbohong.


1 Kor 15:14 Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. 15:15 Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus-padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.


Ketika saya baca renunganharian.net mengenai mukjizat utama,

1 Kor 15:19 Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.

Saya bertanya-tanya, apa arti ayat ini? awalnya pengertian yang saya dapat adalah bahwa kita seharusnya berharap pada Kristus bukan hanya saat kita hidup, tapi saat kita mati juga. Hah? membingungkan..hahha

Kemudian ketika saya baca ulasannya, maka pengertian yang saya dapat menjadi: taruhlah harapanmu akan Kristus untuk kehidupanmu yang kekal, bukan melulu untuk hidup di dunia ini. Begitu kira-kira.




Di hari berikutnya, renungan membahas mengenai Belajar Memahami Hidup. Tony Snow, 2008 berkata: Menurutku, ada hal yang jauh lebih parah dari sakit, yaitu hidup sehat, tetapi hampa.

Jleb Jleb! nusuk banget di hati ini...


So, belajar menikmati indahnya setiap berkat, bahkan dari berkat kecil seperti: bangun sehat di pagi hari, masih bisa hirup udara segar, masih bisa makan, dan seterus dan seterusnya.. Belajar dan terus belajar mejadi berkat. Dan semua harus kembali untuk kemuliaan Allah.

Minggu, 29 Maret 2015

Ketika malas menyerang

Bekerja setiap hari, senin ketemu senin, sampai minggu ke-7 lalu bebas libur selama 16 hari.

JENUH.

Yes, ini sangat gampang untuk ditemui dalam hidupku.

MALAS.

Apalagi yang satu ini,,suka hadir dan membuat semua job saya pending.

Tapi kemudian renungan hari kemarin datang lagi ke dalam benak saya dan menguatkan saya. Ditambah dengan bumbu lagu-lagu rohani yang bersemangat membuat keinginan menuntaskan pending job menjadi berapi-api kembali.

1 Petrus 2: 11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau , kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.
2:12 Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah.

see?
kalau malas, apa yang mau dilihat sama orang lain?
bagaimana orang lain bisa terberkati dan memuliakan Allah kalau anak-Nya saja tidak memiliki cara hidup yang baik.

hmm,,Tuhan jelas mengatakan Firmannya di ayat 11 itu untuk pendatang dan perantau. Bukan hanya kalau kita di kota asing ataupun lagi travelling, tapi seluruh anak-anak Tuhan itu seumpama sedang merantau ke dunia. Jadi, wajib hukumnya tuh menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging.

Galatia 5:19 Perbuatan daging  telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.

Jadi, tiap kali dirundung rasa malas, yuk ingat diingat lagi pesan Tuhan di atas.. ;)

Kemudian dilanjutkan lagi, bahwa Tuhan mau kita tunduk pada pemimpin. Tapiiii, gak sembarang menunduk, Tunduk karena Allah, dan jangan lupa berdoa untuk pemimpin kita tersebut. Wah enak yah kalau jadi pemimpin yang punya banyak bawahan yang hidup dalam Kristus. Makin banyak deh yang doa-in, hehehehe..
Jadi setiap kali saya bekerja, setiap hari setiap pagi saya berdoa, meminta kepada Bapa agar apa yang dikerjakan tangan saya hari ini dapat menyenangkan Allah Bapa saja. Lagi dan lagi belajar untuk bekerja untuk Tuhan, bukan untuk manusia.

1 Petrus 2: 13 Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, 2:14 maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. 2:15 Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. 

Dari renungan di atas ada hal yang menjadi teguran bagi saya, yaitu ketika di departemen environment ada seorang atasan baru yang dipindahkan dari departemen tetangga. Hmm,, banyak image jelek mengenai beliau, bukan soal personal, tapi soal kemampuan bekerja. Nah, tantangan besar bagi kami-kami untuk tetap patuh pada seorang yang seperti itu. Sangat amat kecewa kepada Managerku karena menempatkan orang yang salah (menurut saya pribadi) di tempat itu, karena membuat saya kurang untuk belajar pengetahuan baru.
Sulit, bahkan sampai sekarang sulit untuk 'tidak menganggap remeh' beliau. Karena hampir seluruh isi kantor juga tahu bagaimana kurangnya kompetensi bekerja beliau, dan saya sebagai orang baru juga sudah melihat pertama sekali ketika beliau membuat laporan dengan gaya bahasa sehari-hari. Lemes dan langsung tidak bersemangat berjuang di sini.

Tapi kembali lagi, aku akan berusaha belajar dan terus belajar untuk tetap menghormati beliau karena itu yang diperintahkan Allah. Ini bukan suatu hal kebetulan. Tunduk pada bos yang luar biasa hebat, itu adalah hal biasa, tetapi ketika tunduk pada seorang atasan yang 'kurang hebat' itu adalah pelajaran sulit. Tapi semua dikembalikan kepada kita, mau gak sih kita ikut Firman Tuhan?

Dan dikatakan pula untuk kita hidup sebagai orang merdeka, tapi tidak boleh menyalahgunakan kemerdekaan itu.

2:16 Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. 2:17 Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Gal 5:13 Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdekaTetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.

Merdeka. Ini hal yang sangat lumrah dituntut oleh semua jenis manusia. Sampai bangsa kita Indonesia aja berjuang mati-matian untuk dapat kemerdekaan. Tapi Allah sendiri telah memberikan kita kemerdekaan itu dengan curahan darahnya di kayu salib. So, jangan disia-siakan yahhh selani.. sama kayak bapak mamak yang kasih kepercayaan untuk kita merantau di kota orang, kepercayaan itu gak boleh dirusak,, okehhh..

dan yang paling besar di antaranya adalah KASIH.

Belajar mengasihi lagi dan lagi,, dan lagiii,,dan lagiii..

Tuhan memberkati.

Sabtu, 14 Februari 2015

Letter to My Future Husband

Dear my future husband,

I hope you're in a healthy and good condition. I really want to write this letter just to make you know about my dream husband.

I do really love fairy-tale, especially about love. Just like cinderella, snow white, rapunzell and romeo&juliet. I really dreamt about being a great couple with you, built my castle-nest, 3 little children and live happily ever after. And this happy family will bless other couples and singles, so that they are inspired to be like us. That is what my future marriage about;  where the only thing that are matter for us is nothing.

The man I want to marry is someone who knows God more than he knows me, so that it'll make me more curious about God. We called them as Godly men. Because for me, when someone really loves and obey God, he will do God's thing, that means good for a marriage itself. And I really want to say in the future that "I really love being your wife".

But I know that I have to pay more if I want someone like you. I have to love and obey God first, so that God will introduce us in his own way.

I don't have any preparation for someone who stands outside God. And I don't know what to do if someday I marry him. Sometime this unpredictable thing really happened. And I just can say and pray to God so that He bless and surounding me by His grace when we're in relationship. If I am the godly woman, I have to make sure that I will not be interrupted by my man, but he will do inversely. Positive power must lead the way and fight for the negative one.

Remember all the things that God did to my life. Remember how He keep me in purity although I often choose the wrong way. Remember that He has so many good plan to my life even though I don't agree Him and often see it as a bad way.

I have to fight for this feeling. Never too soon to give up, never too early to judge and never too early to fully-trust men.

God bless me.
Amin