Pernahkan kita merenovasi rumah? Bandingkanlah dengan membangun rumah baru.
Kebanyakan akan setuju bahwa lebih susah (materi dan usaha) untuk merenovasi daripada membangun rumah baru.
Kemudian hal ini kurasakan sama dengan apa yang telah kuterima dari Yesus, Juru S'lamat yang hidup di dalam hidupku. Karunia Keselamatan melalui kematian-Nya di kayu salib diberikan secara cuma-cuma, seperti bonus. Tapi bonus ketika aku sendiri menerima Dia sebagai Tuhanku dan bersedia untuk dipimpin oleh kebenaran Firman-Nya.
Tapi apa yang akan terjadi jika bangunan yang telah dibangun dengan pondasi kuat dan tertanam, tiba-tiba dindingnya banyak retakan, lumut di segala tempat, pintu rusak, tiang peyangga patah, atap bocor, bahkan listrik mati!. Wow, bisa bayangkan?
Ketika itu terjadi, yang dibutuhkan bangunan itu adalah renovasi. Bisa saja sekedar menambal, menyanggah, dan menggunakan penerangan lilin. Tapi, apa masalahnya selesai. Sekali-kali tidak. Apa yang saya butuhkan adalah renovasi, dan itu membutuhkan usaha lebih dibandingkan pertama kali sepetak tanah dibangun rumah di atasnya. Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.(Galatia 2:20)
Renovasi ini sangat sulit saya rasakan, lebih dari masa-masa gurun pasir yang pernah kualami. Bukan jalan di tempat, bahkan kali ini seperti lumpuh dan tidak berjalan sama sekali. Saya membutuhkan Roh Kudus, itu jelas. Komitmen, itu harus.
Renungan harian ini membawa saya kepada pengingat bahwa saya telah menyimpang, dan harus kembali. Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia! (Galatia 3:3-4)
Hangus di dalam dosa kedagingan adalah hal yang sangat mengerikan. Rasa syukurku kembali melimpah mengingat yang sudah Tuhan kerjakan dalam hidupku, mengingat mengapa Tuhan mengirim aku untuk kuliah di Bandung, bukan untuk bangga sebagai lulusan Institut Tebaik Bangsa, tapi untuk mengenal Yesus yang mengubahkanku. Aku jatuh cinta pada Yesus.
Jadi ingat kembali ketika mahasiswa diingatkan DUA PERKARA besar dalam hidup ini adalah: lahir baru dan teman hidup. Dan sekarang sedang bergumul untuk hal kedua. Karena dua hal ini akan menentukan hidupku selanjutnya. Yang kutahu, kalau aku salah memilih teman hidup, maka sia-sia pula lahir baru itu.
Komunitas yang membangun ternyata sangat besar dampaknya. Tapi ini tidak bisa menjadi alasan untuk saya mengabaikan hidup dalam Kristus, karena Firman-Nya tajam, bagai pedang bermata dua yang mneusuk dan sanggup memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum, bahkan sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibrani 4:12). Firman itu lengkap untuk membimbing hidup manusia, bisa membedakan mana yang baik dan buruk, apa itu hitam apa itu putih.
Kalau aku terjatuh, Engkau mengangkatku. Kalau aku sakit, Engkau melawatku. Kalau aku sedih, Engkau menghiburku. Kalau aku kesepian, Engkau menemaniku. Kalau aku lemah, Engkau menopang bahkan menguatkanku. Aku tidak pernah kelaparan. Aku tidak pernah kedinginan. Bahkan, Engkau setia sekalipun aku tidak setia. Tuhan mana lagi yang seperti-Mu? Sungguh Engkau tiada duanya. Idola yang sempurna. Kekasih hati yang sejati. Teladan yang super. Engkau segala-galanya bagi hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar