Sabtu, 15 Oktober 2016

Sabtu Malam #1

Sabtu malam!

mulai malam ini akan kuhitung banyaknya weekend yang terbuang sia-sia.
mulai malam ini, aku akan buat perhitungan.
mulai malam ini, harusnya aku mulai sadar.

betapa masih inginnya dia bebas seperti burung lepas.
betapa masih naifnya dia menjalani hubungan.
betapa masih bebasnya gaya hidupnya melajang.
betapa egoisnya dia menginginkan waktu sendirinya,
atau waktu bersama temannya, dan dunianya.

harusnya aku mulai sadar,
betapa dia tidak memperdulikan apa yang kurasakan.
betapa dia acuh terhadap keberadaanku.
betapa tidak pentingnya aku di hari-harinya.

harusnya aku mula sadar,
betapa aku hanya status belaka,
betapa aku hanya pengisi waktu luangnya.
betapa aku hanya pajangan yang dibutuhkannya.

ini yang petama lagi setelah aku putihkan semuanya.
setelah hubungan yang (meurut) dia, akan diperbaikinya.

walaupun semakin hari usiaku menua.
walaupun semakin hari undangan pernikahan teman semakin banyak,
dan membuat rasa iri dan sedih di hati.

Tapi aku semakin mempertanyakannya.
semakin aku takut ber-rencana dengannya.
semakin enggan aku meresmikannya.

Aku hanya butuh suatu batu loncatan 
yang membuat kami melupakan satu dengan yang lainnya.
Doa.
Temanku benar.
Aku belum meminta sesuatu apapun dalam doaku.

Aku ingin meminta jawaban kepada Tuhan,
karena aku sedang bermain api
karena aku sedang kepanasan
karena aku hampir gosong.

Haruskah api dipadamkan dengan air dingin,
atau aku yang harus keluar dari api itu?

Entahlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar