Selasa, 07 April 2015

Berjiwa Besar

Kata pepatah, pengalaman ada guru yang bagus.
Itu artinya kita harus mengindahkan pengalaman yang ada. Bisa jadi pengalaman yang kita alami sendiri maupun pengalaman orang lain.

Topik renunganharian.net hari ini adalah tentang menerima kekalahan (1 Samuel 18:6-9). Nah kekalahan ini adalah pengalaman yang baik untuk kita bisa mengerti dan menghargai artinya kemenangan. Dan akan jauh lebih baik kalau kita bisa menyikapi kekalahan dan kemenangan dengan rendah hati.

Kalau kalah, kemungkinan rendah hati akan lebih besar dari kemenangan. Siapa sih yang gak bangga kalau menang dalam suatu arena pertandingan. Tapi ternyata menjadi rendah hati pada saat kalah juga susah lho, kayak yang dialami Raja Saul. Ia menjadi iri dan gak terima karena Daud dielu-elukan alias disanjung sana-sini oleh rakyat.

Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud (1 Samuel 18:6-9)

Dengki. Ini yang paling kutakuti di dalam hidup ini. Dengki, dendam, benci, dan kawan-kawannya. Dan satu hal yang lagi, orang yang senengnya dendam, dengki, benci, dll.
Hehehee,,yah memang yang salah sih rasa dendamnya yah, bukan orangnya. Tapi entah mengapa kalau seseorang bilang ke saya seperti ini: "Saya benci sekali dengan si A karena dia pernah bilang begini pada saya", "Saya dendam lihat Pak C soalnya dia pernah korupsi bla bla bla, tidak akan saya maafkan seumur hidup saya".
Jiaaahhhh...pengen kaburrr.. gak pengen dekat-dekat..
Kenapa?? karena di benak saya terbentuk hal ini: "jangan-jangan ntar kalau saya salah di matanya, gak bakal dimaafkan dan dibawa mati." Kan gak pengen banget jadi kebencian bagi orang lain. =_=

Memang, hal yang manusiawi kalau kita pernah benci orang lain. Saya pernah juga merasakannya, bertahun-tahun malah. Tapi, semuanya pada akhrnya saya lepas ketika saya sudah kenal Kristus. Garis bawahi, setelah Karena ternyata melepaskan maaf itu sangat sulit. Membutuhkan jiwa yang besar dan tentunya penyerahan diri "surrender" untuk dipimpin Allah. Bahkan ketika saya sudah menerima Kristus saya masih menyimpan sakit hati itu. Tapi Tuhan gak tinggal diam, Dia terus dan terus mengingatkan saya untuk memaafkan, dan sampai pada akhirnya saya bisa menyapa kembali orang tersebut.

There is will, there is way.

Kalau memang kita tahu bahwa membenci, mendengki, mendendam adalah salah, maka yang lebih salah adalah ketika membiarkan "mereka" tinggal di dalam kita. Kita harus berusaha, berusaha dan terus berusaha membuka pintu maaf. Minta pimpinan Roh Kudus untuk membimbing kita melepaskan maaf bagi saudara kita, bahkan maaf bagi diri kita sendiri.

Dan saya teringat satu ayat ini: 1 Kor 13:13
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah KASIH.

Tuhhh, kuncinya adalah KASIH. Ini kata-kata paling ajaib di dalam hidupku. Hanya karena Kasih, Yesus mati di kayu salib. Itu namanya Kasih Karunia. Hanya karena kasih, seorang ibu mau mengandung 9 bulan dan orang tua mau mengasuh anaknya hingga besar. Hanya dengan kasih maka maaf itu nyata.

Semangat memaafkan, semangat megasihi! :)

1 komentar: